Besok paginya, disaat matahari belum menampakkan eksistensinya, saya berangkat lagi menuju disdukcapil tetunya ditemani suami tercinta. Di perjalanan saya terus berdoa dalam hati supaya bisa dapat nomer antrian dan proses pengurusan dipermudah. Ternyata sampai disana sudah mulai penuh parkirannnya yang artinya sudah banyak yang antri. Padahal saat itu masih sekitar jam .06.30. Ditambah angin yang berhembus kencang suasana penantian semakin terasa dramatis.
belum ada satupun petugas administrasi yang datang.Hanya terlihat petugas kebersihan yang sedang membersihkan ruang gedung pelayanan.
suasana antrian warga sebelum gedung pelayanan dibuka
Sekitar jam 07.30 gedung pelayanan dibuka dan warga pun langsung menyerbu. Dan ternyata nomer antrian dibagikan secara manual. Suami saya yang ikut antri berada di barisan belakang dan akhirnya dapat nomer 210. Untung saja ada mas mas baik hati yang memberikan nomer antriannya yg kebetulan tidak jadi dipakai. tak lama kemudian, nomer antrian saya dipanggil dan berkas pun saya serahkan ke petugas. Sesuai prosedur (walaupun sebetulnya tidak efisien) saya baru bisa ambil surat pindahnya 2 hari kemudian.
Meskipun proses belum terhenti disini, setidaknya separuh proses telah terlewati. Alhamdulillah 'alaa kulli haal