Friday, December 7, 2018

TAHUN POLITIK PENUH INTRIK

Gak terasa sebentar lagi sudah mau pemilu ternyata. Ada yang ngebet ganti presiden, ada juga yang kekeuh lanjut 2 periode. Perang saudara pun dimulai. DEngan argumen masing-masing yang dianggap paling benar, banyak yang terjebak dalam perdebatan sengit tanpa ujung yang sebenarnya tujuan utamanya adalah memenangkan kelompoknya. 

Yang lebih menjengkelkan lagi media seakan memfasilitasi perang saudara ini dengan menyuguhkan berita-berita provokatif dan cenderung subjektif. Masyarakat awam yang tidak tahu apa-apa dibuat semakin pusing dengan pemberitaan di media yang setiap harinya isinya saling mengunggulkan kelompok masing-masing.

Isu-isu populer mulai dimanfaatkan untuk menjaring suara sebanyak-banyaknya. Hoax bertebaran dimana-mana. Mana yang benar dan mana yang salah mulai susah dibedakan. Dan seperti itulah yang jadi konsumsi publik saat ini, berita -berita yang terkadang jauh berbeda dari fakta sebenarnya. Ada yang underrated, ada pula yg overrated. 

Bagi mereka yang sudah paham politik , mungkin sudah bisa menebak kemana arah dari semua ini. Yang sangat disayangkan adalah banyak orang yang bertingkah seolah-olah memahami kebenaran dan berkoar-koar bak pahlawan. Saling menjelekkan sudah menjadi pemandangan biasa baik di media cetak maupun media elektronik. Bahkan mereka yang tadinya saudara bisa menjadi seperti musuh bebuyutan bak Tom & Jerry. Saling serang, saling menjatuhkan. Tanpa mereka sadari bahwa sebenarnya merekan sedang menjelekkan saudaranya sendiri. Miris memang, tapi itulah yang terjadi saat ini.

Kami yang awam ini mungkin hanya bisa ternganga melihat para elite yang katanya luar biasa pintar itu beradu argumen dengan cara yang tidak elegan. 

Friday, September 28, 2018

Perjuangan Mengurus Surat pindah , KK, dan E-KTP part 2

Setelah diberitahu bahwa nomer antrian habis, lemas rasanya badan saya. Sudah mendaki gunung lewati lembah eh suruh coba lagi. Akhirnya saya pasrah dan memutuskn untuk pulang lagi dengan setumpuk rasa kekesalan. Mau lapor Bupati gak kenal sama orangnya, mau lapor polisi nanti malah sayanya yang dimarahi. Yasudah balik kucing saja. Mungkin Allah sedang menguji kesabaran saya.

Besok paginya, disaat matahari belum menampakkan eksistensinya, saya berangkat lagi menuju disdukcapil tetunya ditemani suami tercinta. Di perjalanan saya terus berdoa dalam hati supaya bisa dapat nomer antrian dan proses pengurusan dipermudah. Ternyata sampai disana sudah mulai penuh parkirannnya yang artinya sudah banyak yang antri. Padahal saat itu masih  sekitar jam .06.30. Ditambah angin yang berhembus kencang suasana penantian semakin terasa dramatis.

belum ada satupun petugas administrasi yang datang.Hanya terlihat petugas kebersihan yang sedang membersihkan ruang gedung pelayanan.
suasana antrian warga sebelum gedung pelayanan dibuka

Sekitar jam 07.30 gedung pelayanan dibuka dan warga pun langsung menyerbu. Dan ternyata nomer antrian dibagikan secara manual. Suami saya yang ikut antri berada di barisan belakang dan akhirnya dapat nomer 210. Untung saja ada mas mas baik hati yang memberikan nomer antriannya yg kebetulan tidak jadi dipakai. tak lama kemudian, nomer antrian saya dipanggil dan berkas pun saya serahkan ke petugas. Sesuai prosedur (walaupun sebetulnya tidak efisien) saya baru bisa ambil surat pindahnya 2 hari kemudian. 

Meskipun proses belum terhenti disini, setidaknya separuh proses telah terlewati. Alhamdulillah 'alaa kulli haal


Saturday, July 7, 2018

Pengalaman Mengurus Surat Pindah, Penuh Perjuangan

Ceritanya ini lagi dibikin pusing gara-gara SIM udah mau expired. Ngebayangin harus tes lagi dari awal.........uhh tidakkk. Si adek aja tes berkali-kali gak pernah lulus. Males bangetlah kalau mesti buat baru lagi. Yang bikin lebih ribet sebenarnya bukan perpanjang SIMnya tapi saya baru ingat kalau belum punya E-KTP. 
Whattt????????????????
Hari gini belum punya E-KTP. Jangan ditiru ya! Ceritanya dulu pas perekaman data E-KTP ada kesalahan data yang mengharuskan saya untuk mengurus perubahan data dan segala macemnya yang cukup ribet. Pas udah siap lahir batin buat ngurus, blangko E-KTP nya macet dan akhirnya saya dibuatkan KTP tradisional (istilah apa ini???). 
Akhirnya saya bertahan dengan KTP tradisonal itu, bahkan sampai buat ngurus berkas nikah. MIkirnya sih sekalian habis nikah aja ngurusnya , jadi sekalian ganti status. Eh gak taunya setelah nikah juga males-malesan mau ngurus. Sekali lagi ini jangan ditiru ya, ini berat biar saya saja☺☺.

Man yazro' yahsud, Barangsiapa menanam maka dia akan memanen. Dan karena yang saya tanam itu kemalasan akhirnya yang saya panen kesulitan. Mungkin ini namanya the power of kepepet. Karena udah kepepet baru mau ngurus.Sungguh saya ini bukan contoh warga negara yang baik.
Believe me, Don't Try This!!!!!

Karena saya ikut alamat suami, jadinya saya harus ngurus surat pindah antar kabupaten. FYI, saya dan suami masih ikut KK keluarga masing-masing dan beda kabupaten. Sebenarnya bisa aja sih saya nitip pengurusan ke salah satu perangkat desa, tapi kok rasanya kurang puas kalau gak diurus sendiri. Apalagi kan memang aturannya kita sendiri yang ngurus , bukan dititipkan.  Berhubung lagi libur ngajar juga, akhirnya saya bareng suami ngurus ke kantor desa. Bukan kantor kelurahan lho ya, karena saya tinggalnya di desa. Untungnya yang jadi sekdes masih saudara, jadi lebih enjoylah ngurusnya. Di kantor desa saya disurut mengisi beberapa data termasuk nama , NIK, dan tujuan pindah. Dan dibuatkanlah form surat pindah. Oh ya persayaratan yang saya bawa pas mau ngurus surat pindah ini adalah KTP asli, KK asli, pas foto( kalau di tempat saya 4 lembar ukuran 3x4).

Karena mau segera diurus, saya tungguin sampai selesai di kantor desa. Karena ada beberapa kesalahan pengetikan data, beberapa kali harus direvisi( udah kayak skripsi aja ya).
Setelah hampir 2 jam nunggu akhirnya surat pindah sudah tercetak dengan benar dan siap dibawa ke kantor kecamatan. Karena udah siang, saya putuskan untuk melanjutkan pengurusan keesokan harinya saja. 

Waktupun berlalu( koyo opo ae) dan sekitar jam 8 pagi saya berangkat ke kantor kecamatan diantar ojek pribadi.   Sampai sana petugasnya baru datang. Sekitar 10 menit kemudian berkas selesai distempel dan siap diantar ke kantor Dinas Kependudukan dan Catatan SIPIL( Disdukcapil) Magetan. 

Dengan semangat membara kami langsung meluncur ke kantor disdukcapil yang jaraknya lumayan jauh. Maklumlah, saya itu tinggalnya di wilayah perbatasan, jadinya ya lumayan jauh kalau ngurus surat-menyurat. Makanya orang-orang di desa saya itu mayoritas kalau mau ngurus dokumen kependudukan lebih memilih untuk nitip ke perangkat desa. Ya tentunya ada tambahan biaya transportasinya. 

Lanjut ya. Setelah kurang lebih 40 menit perjalanan, akhirnya kita sampai di kantor disdukcapil Magetan dan langsung menuju ke gedung pelayanan. Pas masuk langsung disambut oleh mbak-mbak yang bilang " Maaf mbak nomer antriannya sudah, besok saja ya datang lagi kesini".
Appaaaaaaa! Ah ini pasti mimpi. Bersambung ya ceritanya......................