Wednesday, December 31, 2014

Tahun Baru, Tragedi, dan Doa

Gak terasa sudah masuk 2015 ya. Bumi semakin menua , begitupun kita. Mengingatkan pada diri saya sendiri untuk terus berusaha memperbaiki diri. Apa yang belum bisa tercapai di 2014 semoga bisa dicapai di tahun 2015 ini. Meninggalkan hal-hal yang kurang di baik di masa lalu dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Di Indonesia sendiri, secara umum tahun 2015 ditutup dengan suasana sedih akibat tragedi kecelakaan pesawat Air Asia QZ85018 rute Surabaya -Singapura. Mari kita doakan semoga semua penumpang bisa ditemukan dalam kondisi apapun. Begitulah takdir. Niat hati ingin berlibur merayakan pergantian tahun, berakhir dengan duka. Seperti itulah jika Alloh sudah menghendaki mengambil hamba-Nya kembali ke sisi-Nya. Tidak ada yang bisa menghindar. Itu sekaligus menjadi alarm bagi kita yang masih diberi kesempatan hidup agar memperbanyak bekal menuju rumah abadi.

Sebelumnya kita juga dibuat berduka dengan tragedi tanah longsor di Karangkobar, Banjarnegara yang menewaskan sekitar 100 orang. Sebuah tragedi yang terjadi tiba-tiba dan tak disangka-sangka. Tidak peduli kita sedang tidur, berjalan, atau naik kendaraaan, jika Allah sudah berkehendak mencabut nyawa umatnya maka saat itu juga akan terjadi. 

Entah kebetulan atau bagaimana, hampir setiap kali menjelang tahun baru selalu terjadi kecelakaan maupun bencana besar. Takdir memang tidak dapat ditolak, namun ini sedikit mengingatkan kita agar tidak berlebihan utamanya dalam menyambut tahun baru. Semua orang ingin berlibur dan bersenang-senang baik di luar kota mauoun di luar negeri. Akibatnya lalu lintas menjadi sangat padat dan rawan kecelakaan.

Jadi mari kita menyambut pergantian dengan bijak dan tidak berlebihan. Jika memang tidak memungkinkan berlibur ke luar kota, liburan di tempat yang dekat dengan tempat tinggal kita rasanya sudah cukup. 

Akhirnya, mari kita memasuki tahun 2015 dengan hati dan pikiran yang lebih bersih agar kita bisa menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya. Semoga pemerintahan yang baru juga bisa terus menunjukkan kinerja yang bagus agar Indonesia bisa lebih berjaya. Dan jangan lupa untuk terus menjaga kesehatan badan agar bisa diberi waktu lebih untuk menjalani kehidupan di dunia. 

 




Wednesday, December 17, 2014

Kurikulum dan Kondisi Psikologis Siswa

Bicara mengenai kurikulum pendidikan di Indonesia memang gak ada habisnya. Sebuah keputusan cukup mengejutkan dibuat oleh bapak Menteri Anies Baswedan. Beliau menginstruksikan penghentian penerapan kurikulum 2013 di beberapa sekolah. Terlepas dari pro kontra yang ada saya sendiri sebagai orang awam kurang begitu srek dengan kurikulum ini. Alasannya banyak tenaga pendidik yang sejatinya belum siap untuk mengaplikasikannya di kelas. kurangnya waktu sosialisasi dan pelatihan dinilai menjadi salah satu sebabnya. 

Para siswa pun juga belum sepenuhnya siap beradaptasi dengan kurikulum 2013. Bahkan mungkin juga banyak yang tidak tahu tentang pergantian kurikulum ini. Bagi mereka PR bertumpuk sudah cukup menyita waktu. Keponakan saya yang duduk di kelas 5 madrasah ibtidaiyyah setiap harinya harus menerima sekitar 4 mata pelajaran di kelas. belum lagi tugas merangku dan PRnya. Entah saya yg lebai atau bagaimana, rasanya kasihan sekali melihatnya. Dan parahnya hanya sedikit yg bisa mereka pahami. 

Perbaikan Kurikulum memang diperlukan untuk meningkatkan mutu pendidikan anak bangsa. Namun juga sangat penting untuk memperhatikan kondisi psikologis para siswa. Kebanyakan siswa itu tidak memahami pelajaran karena sudah pasrah dan takut duluan sebelum dijelaskan. Jadi ya ketika dijelaskan sudah gak ada semangat untuk mendengarkannya. Waktu masih sekolah saya sendiri sering seperti itu. Menurut saya, yang terpenting adalah bagaimana membuat para siswa  merasa nyaman berada di kelas dan memiliki gambaran tentang tujuan dari belajar itu sendiri. Apalagi untuk siswa sekolah dasar. Janga hanya menyuruh mereka mengerjakan tugas dari internet yang kebanyakan justru disalahgunakan.

Jadi ada baiknya masalah psikologis siswa juga menjadi pertimbangan tersendiri dalam menyusun kurikulum. Para guru hendaknya mengerti betul tentang bagaimana memahami kondisi psikolgis siswanya agar transfer ilmu bisa berjalan dengan lancar tanpa membebani siswa maupun gurunya.