Sunday, January 12, 2014

Gunakan Masa Luangmu Sebelum Masa Sibukmu

"Gunakanlah waktu luangmu dengan sebaik-baiknya sebelum datang masa dimana kamu akan sangat disbukkan dengan berbagai problema kehidupan".

Saya tidak bermaksud menggurui dengan kata-kata tersebut. Saya hanya ingin berbagi cerita betapa menyesalnya saya setelah mengabaikan isi kalimat yg juga adalah salah satu penggalan hadits tersebut. Betapa banyak waktu terbuang sia-sia hanya karena saya terlena dengan kenikmatan duniawi yg semu dan tak punya arah tujuan. 

Tidak akan ada kesuksesan jika kita hanya bersantai - santai dan tidak berikhtiar dengan maksimal. Yang ada hanyalah penyesalan. Mengapa saya tidak rajin dari dulu? Mengapa saya tidak memanfaatkan masa muda dengan sebaik-baiknya? Mengapa dan mengapa?

Saya adalah orang yg gagal, tapi saya tidak ingin melihat orang lain gagal. Sungguh kawan, jangan pernah menyia-nyiakan waktu yang kalian miliki. Pergunakan semaksimal mungkin untuk melakukan hal-hal yang positif. Jangan pernah membiarkan diri kalian terlena dengan kenikmatan - kenikmatan semu. Yakinlah bahwa jika kalian akan merasakan manfaatnya suatu saat nanti. Itu pasti. Tidak ada kerja keras yang sia-sia kawan. 

Jangan pernah terfikir untuk melakukan hal - hal yg tidak berguna di waktu luang kalian. Waktu tidak akan bisa terulang. Ingatlah itu kawan. Jangan sampai kalian menyesal suatu saat nanti.

Salam semangat

Loyalitas atau Fanatisme?

Kalau anda melihat tayangan berita sepekan ini pasti hafal dg wajah Anas Urbaningrum. Ya, mantan ketua HMI itu akhirnya ditahan juga oleh KPK. Terlepas dari apakah Anas bersalah atau tidak dalam kasus ini saya melihat adanya pemandangan yg begitu berlebihan. Lihat saja bagaimana para loyalis Anas begitu bersemangat memberi dukungan untuk orang yg kemungkinan besar akan bergelar koruptor. Seolah-olah Anas adalah orang yg tak mungkin berbuat salah dan selalu benar dalam segala tindak-tanduknya.

Saya sendiri tidak mau menghakimi siapa yg salah dan tidak bersalah, tapi kenapa ya harus berlebihan seperti itu. Anas itu kan manusia biasa, bukan seorang nabi. Kenapa para loyalisnya begitu berapi-api mendukungnya bahkan terkesan menjurus pada fanatisme?

Sungguh sangat disayangkan kalau fanatisme seperti ini dibiarkan. Kalau dalam agama islam, mungkin ini bisa dikategorikan dalam "taklid buta". kalau kata orang jawa "pokoe melu". Kalau sudah fanatik sama seseorang apapun perintahnya akan diikuti, apapun tindakannnya selalu benar. Seperti itukah cermin kaum intelektual di negeri ini?

Itukah yg mereka sebut sebagai loyalitas? Rasa-rasanya tindakan seperti itu adalah loyalitas yg berelebihan dan lebih pantas disebut sebagai fanatisme. Ya, fanatisme yg bisa saja berbahaya bagi kelansungan masa depan bangsa ini dimana orang akan memilih pemimpin bukan berdasarkan kualitas melain lebih pada alasan fanatisme. Wallaahu a'lam bisshawaab.