Sunday, January 12, 2014

Loyalitas atau Fanatisme?

Kalau anda melihat tayangan berita sepekan ini pasti hafal dg wajah Anas Urbaningrum. Ya, mantan ketua HMI itu akhirnya ditahan juga oleh KPK. Terlepas dari apakah Anas bersalah atau tidak dalam kasus ini saya melihat adanya pemandangan yg begitu berlebihan. Lihat saja bagaimana para loyalis Anas begitu bersemangat memberi dukungan untuk orang yg kemungkinan besar akan bergelar koruptor. Seolah-olah Anas adalah orang yg tak mungkin berbuat salah dan selalu benar dalam segala tindak-tanduknya.

Saya sendiri tidak mau menghakimi siapa yg salah dan tidak bersalah, tapi kenapa ya harus berlebihan seperti itu. Anas itu kan manusia biasa, bukan seorang nabi. Kenapa para loyalisnya begitu berapi-api mendukungnya bahkan terkesan menjurus pada fanatisme?

Sungguh sangat disayangkan kalau fanatisme seperti ini dibiarkan. Kalau dalam agama islam, mungkin ini bisa dikategorikan dalam "taklid buta". kalau kata orang jawa "pokoe melu". Kalau sudah fanatik sama seseorang apapun perintahnya akan diikuti, apapun tindakannnya selalu benar. Seperti itukah cermin kaum intelektual di negeri ini?

Itukah yg mereka sebut sebagai loyalitas? Rasa-rasanya tindakan seperti itu adalah loyalitas yg berelebihan dan lebih pantas disebut sebagai fanatisme. Ya, fanatisme yg bisa saja berbahaya bagi kelansungan masa depan bangsa ini dimana orang akan memilih pemimpin bukan berdasarkan kualitas melain lebih pada alasan fanatisme. Wallaahu a'lam bisshawaab.



No comments:

Post a Comment