Wednesday, October 22, 2014

Pendidikan vs uang

Kemaren siang aku pergi ke kantor cabang salah satu asuransi di daerah Basuki Rahmad, Surabaya. Kebetulan cuaca di sby memang panas sekali. Sebelum masuk ke kantor untuk mengurus beberapa keperluan, aku mampir dulu beli es di kaki lima dekat kantor asuransi itu. Sambil minum aku numpang duduk di dekat gerobak bapak penjual es. Kemudian kami ngobrol disitu. 

Si bapaknya cerita kalau beliau dari sebuah daerah di Jawa Tengah. Beliau merantau di surabaya sudah beberapa tahun dan mengontrak sebuah rumah. anaknya ada 4 kalau gak salah.Anaknya yang sulung sudah lulus SMA. Meskipun hanya berjualan es ternyata si bapak ini juga menginginkan anaknya untuk melanjutkan belajar di perguruan tinggi. Sayangnya si anak tidak mau kuliah. Katanya mau cari kerja saja. Padahal kalau aku dengar dari ceritanya, si Bapak punya keinginan besar agar anaknya bisa kuliah sehingga bisa mengangkat derajat keluarganya. Adiknya yang masih SMP juga memilih untuk putus sekolah dan lebih memilih bekerja di sebuah depo air isi ulang.

Mungkin masalah seperti ini banyak terjadi di kawasan perkotaan. Para pemuda yang setiap harinya disuguhi hingar bingar kehidupan glamor ala perkotaan merasa enggan untuk menuntut ilmu lebih tinggi karena merasa mencari uang lebih penting. Sebenarnya mereka bukannya tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka hanya merasa enggan saja karena tanpa kuliahpun mereka bisa dapat kerja. Terlebih lagi orangtua mereka yang kebanyakan sibuk berjualan juga tidak sempat memberi perhatian lebih utamanya untuk urusan pendidikan. Kalau sudah begini, bantuan dana pendidikan dari pemerintah yang sudah dianggarkan bisa jadi kurang efektif. Perlu adanya pengarahan pada masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan.

No comments:

Post a Comment